Ah, entahlah.. Aku merasa ingin menyerah, menyerah tanpa sempat aku berusaha. Sejatinya ingin sekali aku menunjukkan kemampuanku, menunjukkan kalau aku bisa. Namun rasanya tak ada yang mendukungku, pun dirimu. Keyakinan yang sedari awal kutanam perlahan rontok. Aku tak semangat lagi.
Sungguh, aku merindukan semuanya. Rindu akan kasih sayangmu, rindu hadirnya dirimu, rindu bisa bersamamu, bahkan rindu hal-hal konyol yang ada pada dirimu. Tetapi pucuk dicinta akan tetap dicinta tanpa ada sesuatupun yang tiba. Aku membutuhkan orang sepertimu, orang yang bisa mengisi hatiku seperti caramu mengisi hatiku. Orang yang bisa menghias hariku seperti caramu menghias hariku. Orang yang memberikan kasihnya seperti caramu memberikan kasihmu padaku. Apakah ini semua mengisyaratkanku untuk "pindah"?
Padahal, andai kau tahu, seiring dengan semakin bertambah rasa rinduku, diriku semakin merasakan ketertarikan terhadap dirimu. Rasanya ada yang menarik dari dirimu meskipun aku tak tahu dengan jelas itu apa. Inikah cinta? Inikah rasa yang beberapa waktu yang lalu hilang? Benarkah aku menemukan kembali rasa itu?
Aku masih belum yakin.
Belakangan ini jemariku begitu aktifnya membantuku menampilkan gambar-gambarmu. Meskipun tak ada sebait nadapun di sekitar, namun rasanya ada yang mengalun lembut seiring irama jari tanganku. Seakan Ed Sheeran menyanyikanku Photograph-nya, ataupun Flashligt milik Jessie J yang mengiringi. Diriku merasakan ada sesuatu yang tidak asing bagiku yang merasuk, tapi itu masih samar.
Sekali lagi, aku masih belum yakin.
Jika memang benar ini cinta, biarlah aku mencintaimu tanpa diketahui. Biarlah aku mencintaimu dalam diam. Meski mencintaimu hanya dari satu sudut pandang, dari satu sisi, tapi aku masih memiliki keyakinan kau adalah yang dipilihkan untukku. Nanti..
Jika kuputar kembali waktu kita, aku memutuskan untuk break, beristirahat darimu. Beristirahat dari perih yang ditimbulkan oleh luka akibat memaksakan untuk bisa mencintaimu. Aku tak bisa mengakhirinya. Aku takut, aku tak tahu apa yang kau rasakan sekarang. Jangan-jangan dirimu telah mengubur rasamu, telah beralih pada kehidupanmu yang baru, yang menempatkan aku hanya sebagai figuran. Aku tak bisa membaca pertanda bahwa kau menginginkanku untuk kembali. Mungkin kau terlalu kecewa. Kalau begitu, biarlah..
Ah, andai aku punya nyali, akan kukabarkan apa yang telah terjadi padaku. Namun, mungkin kau tak mau tahu. Kau bisa bahagia dengan kehidupanmu sendiri tanpa adanya aku yang mengekang, tanpa adanya aku yang mengatur, tanpa adanya aku yang selalu membencimu ketika kau terlibat dengan urusan-urusanmu. Terlebih lagi aku yang masih bocah pasti memaksamu untuk bermain-main dengan hati. Kau lebih dewasa, lebih sedikit waktu yang kau punya, kau tak punya waktu denganku dan segala kelabilanku. Emosiku sering memuncak dan tak jarang memunculkan masalah di antara kita. Tanpaku, kau lebih tenang bukan?
Di sini aku butuh dirimu, ataupun setidaknya penggantimu, yang selalu mendampingiku ke manapun aku menuju. Semuanya terasa sangat menyedihkan tanpa ada yang menemani. Mungkinkah aku mencari penggantimu ketika hati ini mulai mengharap padamu?
Biarlah aku bermain-bermain dengan apa yang sedang aku dan akan aku miliki sekarang. Biarlah aku bermain-main dengan dunia dan kehidupanku. Semangatku mulai luntur untuk bisa mendampingi lagi meski tujuan kita bersama masih selalu terngiang di benakku.
Maafkan aku yang sudah keterlaluan berbicara "penggantimu". Aku sudah cukup putus asa terhadap yang terjadi selama tak ada dirimu di duniaku. Meskipun begitu dirimu masih satu-satunya orang yang bisa membuka pintu hatiku, bahkan mematahkan doktrin yang secara turun-temurun menaungi diriku dan keluargaku. Entah masih adakah lagi untukku di dunia ini. Terlepas dari itu, Aku masih berharap ada keajaiban yang bisa mempersatukan kita kembali sebelum diriku menemukan seseorang yang mampu membuka hatiku lagi. Aku berdoa tulisan ini tak kau baca, biarlah ini menjadi diariku sebab tak tahu lagi ke mana aku harus bercerita. Selamat berbahagia :')
Sungguh, aku merindukan semuanya. Rindu akan kasih sayangmu, rindu hadirnya dirimu, rindu bisa bersamamu, bahkan rindu hal-hal konyol yang ada pada dirimu. Tetapi pucuk dicinta akan tetap dicinta tanpa ada sesuatupun yang tiba. Aku membutuhkan orang sepertimu, orang yang bisa mengisi hatiku seperti caramu mengisi hatiku. Orang yang bisa menghias hariku seperti caramu menghias hariku. Orang yang memberikan kasihnya seperti caramu memberikan kasihmu padaku. Apakah ini semua mengisyaratkanku untuk "pindah"?
Padahal, andai kau tahu, seiring dengan semakin bertambah rasa rinduku, diriku semakin merasakan ketertarikan terhadap dirimu. Rasanya ada yang menarik dari dirimu meskipun aku tak tahu dengan jelas itu apa. Inikah cinta? Inikah rasa yang beberapa waktu yang lalu hilang? Benarkah aku menemukan kembali rasa itu?
Aku masih belum yakin.
Belakangan ini jemariku begitu aktifnya membantuku menampilkan gambar-gambarmu. Meskipun tak ada sebait nadapun di sekitar, namun rasanya ada yang mengalun lembut seiring irama jari tanganku. Seakan Ed Sheeran menyanyikanku Photograph-nya, ataupun Flashligt milik Jessie J yang mengiringi. Diriku merasakan ada sesuatu yang tidak asing bagiku yang merasuk, tapi itu masih samar.
Sekali lagi, aku masih belum yakin.
Jika memang benar ini cinta, biarlah aku mencintaimu tanpa diketahui. Biarlah aku mencintaimu dalam diam. Meski mencintaimu hanya dari satu sudut pandang, dari satu sisi, tapi aku masih memiliki keyakinan kau adalah yang dipilihkan untukku. Nanti..
Jika kuputar kembali waktu kita, aku memutuskan untuk break, beristirahat darimu. Beristirahat dari perih yang ditimbulkan oleh luka akibat memaksakan untuk bisa mencintaimu. Aku tak bisa mengakhirinya. Aku takut, aku tak tahu apa yang kau rasakan sekarang. Jangan-jangan dirimu telah mengubur rasamu, telah beralih pada kehidupanmu yang baru, yang menempatkan aku hanya sebagai figuran. Aku tak bisa membaca pertanda bahwa kau menginginkanku untuk kembali. Mungkin kau terlalu kecewa. Kalau begitu, biarlah..
Ah, andai aku punya nyali, akan kukabarkan apa yang telah terjadi padaku. Namun, mungkin kau tak mau tahu. Kau bisa bahagia dengan kehidupanmu sendiri tanpa adanya aku yang mengekang, tanpa adanya aku yang mengatur, tanpa adanya aku yang selalu membencimu ketika kau terlibat dengan urusan-urusanmu. Terlebih lagi aku yang masih bocah pasti memaksamu untuk bermain-main dengan hati. Kau lebih dewasa, lebih sedikit waktu yang kau punya, kau tak punya waktu denganku dan segala kelabilanku. Emosiku sering memuncak dan tak jarang memunculkan masalah di antara kita. Tanpaku, kau lebih tenang bukan?
Di sini aku butuh dirimu, ataupun setidaknya penggantimu, yang selalu mendampingiku ke manapun aku menuju. Semuanya terasa sangat menyedihkan tanpa ada yang menemani. Mungkinkah aku mencari penggantimu ketika hati ini mulai mengharap padamu?
Biarlah aku bermain-bermain dengan apa yang sedang aku dan akan aku miliki sekarang. Biarlah aku bermain-main dengan dunia dan kehidupanku. Semangatku mulai luntur untuk bisa mendampingi lagi meski tujuan kita bersama masih selalu terngiang di benakku.
Maafkan aku yang sudah keterlaluan berbicara "penggantimu". Aku sudah cukup putus asa terhadap yang terjadi selama tak ada dirimu di duniaku. Meskipun begitu dirimu masih satu-satunya orang yang bisa membuka pintu hatiku, bahkan mematahkan doktrin yang secara turun-temurun menaungi diriku dan keluargaku. Entah masih adakah lagi untukku di dunia ini. Terlepas dari itu, Aku masih berharap ada keajaiban yang bisa mempersatukan kita kembali sebelum diriku menemukan seseorang yang mampu membuka hatiku lagi. Aku berdoa tulisan ini tak kau baca, biarlah ini menjadi diariku sebab tak tahu lagi ke mana aku harus bercerita. Selamat berbahagia :')